Followers

Wednesday, December 29, 2010

Hukum Mencabut Uban...Jangan tak baca....


Salammm...

Siapa yang suka kalau rambutnya beruban awal??Adakah anda berasa bangga?risau?cemas?malu?Adakah kita sepatutnya sudah pun patut beruban??hehe... 

Apabila seseorang sampai ke usia senja, akan mulalah keluar uban di kepala, muka dan janggut. Itulah fasa kehidupan yang akan dilalui oleh seorang manusia bertepatan dengan firman Allah Ta’ala,

اللَّهُ الَّذِي خَلَقَكُم مِّن ضَعْفٍ ثُمَّ جَعَلَ مِن بَعْدِ ضَعْفٍ قُوَّةً ثُمَّ جَعَلَ مِن بَعْدِ قُوَّةٍ ضَعْفاً وَشَيْبَةً يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَهُوَ الْعَلِيمُ الْقَدِيرُ
Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS. Ar Ruum: 54)

Sometimes kalau dah mula tumbuh uban tu, kebanyakan kita berasa malu..Mulalah ader yang nak cabut dan nak warnakan dengan warna lain. Tapi sebenarnya, alangkah bagusnya jika setiap tindak-tanduk kita didasari dengan ilmu agar kita tidak terjerumus dalam kesalahan dan dosa. Kat sini saya bawak satu petua dari Mu’adz bin Jabal yang kena selalu kita  ingat, katanya:
العِلْمُ إِمَامُ العَمَلِ وَالعَمَلُ تَابِعُهُ
Ilmu adalah pemimpin amal dan amalan berada di belakang ilmu.” (Al Amru bil Ma’ruf wan Nahyu ‘anil Mungkar,Ahmad bin ‘Abdul Halim Al Haroni, hal. 15)

So pembaca sekelian, dalam masalah uban ini, jom kita ikuti petunjuk syari’at Islam yang suci lagi sempurna. Dengan mengikut petunjuk inilah confirm kita akan menuai kebahagiaan. Sebaliknya, jika kita enggan mengikutinya, hanya nak ikut hawa nafsu semata dan nak ikutkan manusia yang sentiasa taat pada hawa nafsu tanpa bersandarkan sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,hmm… orang yang macam nie..susahla...

Ok,berkenaan dengan ini, apa kata Allah…??Allah Ta’ala telah berfirman,

وَإِنْ تُطِيعُوهُ تَهْتَدُوا وَمَا عَلَى الرَّسُولِ إِلَّا الْبَلَاغُ الْمُبِينُ
Dan jika kamu ta’at kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain kewajiban rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang.” (QS. An Nur: 54)

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ عَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ
Berpegangteguhlah dengan ajaranku dan sunnah khulafa’ur rosyidin yang mendapatkan petunjuk (dalam ilmu dan amal). Pegang teguhlah ajaran tersebut dengan gigi geraham kalian.” (HR. Abu Daud, At Tirmidzi, Ibnu Majah, Ibnu Hibban. At Tirmidizi mengatakan hadits ini hasan shohih. Syaikh Al Albani mengatakan hadits ini shohih. Lihat Shohih At Targhib wa At Tarhib no. 37)


Salah seorang khulafa’ur rosyidin dan manusia terbaik setelah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam  ialah Abu Bakar As Shiddiq radhiyallahu ‘anhu mengatakan,

لَسْتُ تَارِكًا شَيْئًا كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَعْمَلُ بِهِ إِلَّا عَمِلْتُ بِهِ إِنِّي أَخْشَى إِنْ تَرَكْتُ شَيْئًا مِنْ أَمْرِهِ أَنْ أَزِيْغَ

Aku tidak biarkan satupun yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam amalkan kecuali aku mengamalkannya karena aku takut jika meninggalkannya sedikit saja, aku akan menyimpang.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ulama terkenal iaitu Imam Syafi’i pula mengatakan,
أجمع المسلمون على أن من استبان له سنة عن رسول الله صلى الله عليه وآله وسلم لم يحل له أن يدعها لقول أحد
Kaum muslimin sepakat bahwa siapa yang telah jelas (faham) baginya ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka tidak halal baginya untuk meninggalkan (ajaran/kefahaman) tersebut karena perkataan (kefahaman/ajaran) yang lainnya.”

(Madarijus Salikin, 2/335, Darul Kutub Al ‘Arobi. Lihat juga Al Haditsu Hujjatun bi Nafsihi fil ‘Aqoid wal Ahkam, Muhammad Nashiruddin Al Albani, hal. 79, Asy Syamilah)

Uban adalah Cahaya Bagi Seorang Mukmin

Al Baihaqi menulis sebuah topic berjudul “larangan mencabut uban”. Di bawa topic tersebut beliau membawakan hadits dari ‘Abdullah bin ‘Umar. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الشيب نور المؤمن لا يشيب رجل شيبة في الإسلام إلا كانت له بكل شيبة حسنة و رفع بها درجة
Uban adalah cahaya bagi seorang mukmin. Tidaklah seseorang beruban –walaupun sehelai- dalam Islam melainkan setiap ubannya akan dihitung sebagai suatu kebaikan dan akan meninggikan derajatnya.” (HR. Al Baihaqi dalam Syu’abul Iman. Syaikh Al Albani dalam Al Jami’ Ash Shogir mengatakan bahwa hadits ini hasan)

Muhammad bin Hibban At Tamimi rahimahullah -yang lebih dikenal dengan Ibnu Hibban- dalam kitab Shahihnya menyebut pembahasan “Hadits yang menceritakan bahwa Allah akan mencatat kebaikan dan menghapuskan kesalahan serta akan meninggikan derajat seorang muslim karena uban yang dia jaga di dunia.” Lalu Ibnu Hibban membawakan hadits berikut.

Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لا تنتفوا الشيب فإنه نور يوم القيامة ومن شاب شيبة في الإسلام كتب له بها حسنة وحط عنه بها خطيئة ورفع له بها درجة
Janganlah mencabut uban karena uban adalah cahaya pada hari kiamat nanti. Siapa saja yang beruban dalam Islam walaupun sehelai, maka dengan uban itu akan dicatat baginya satu kebaikan, dengan uban itu akan dihapuskan satu kesalahan, juga dengannya akan ditinggikan satu derajat.

(HR. Ibnu Hibban dalam Shahihnya. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini hasan)

CRW_1946

Uban Tidak Boleh Dicabut

Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari datuknya berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَا تَنْتِفُوا الشَّيْبَ مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَشِيبُ شَيْبَةً فِي الْإِسْلَامِ إِلَّا كَانَتْ لَهُ نُورًا يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Janganlah mencabut uban. Tidaklah seorang muslim yang beruban dalam Islam walaupun sehelai, melainkan uban tersebut akan menjadi cahaya baginya pada hari kiamat nanti.” 
(HR. Abu Daud dan An Nasa’i. Syaikh Al Albani dalamAl Jami’ Ash Shagir mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Hukum bagi orang yang mencabut uban adalah dia akan kehilangan cahaya pada hari kiamat nanti. Dari Fudholah bin ‘Ubaid, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ شَابَ شَيْبَةً فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَانَتْ نُورًا لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَقَالَ رَجُلٌ عِنْدَ ذَلِكَ فَإِنَّ رِجَالًا يَنْتِفُونَ الشَّيْبَ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ شَاءَ فَلْيَنْتِفْ نُورَهُ
Barangsiapa memiliki uban di jalan Allah walaupun hanya sehelai, maka uban tersebut akan menjadi cahaya baginya pada hari kiamat.” Kemudian ada seseorang yang berkata ketika disebutkan hal ini: “Orang-orang pada mencabut ubannya.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam lantas bersabda, “Siapa saja yang ingin, silakan dia memotong cahaya (baginya di hari kiamat).” (HR. Al Bazzar, At Thabrani dalam Al Kabir dan Al Awsath dari riwayat Ibnu Luhai’ah, namun perowi lainnya tsiqoh –terpercaya-. Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targib wa At Tarhibmengatakan bahwa hadits ini hasan)

Perkataan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: “Siapa saja yang ingin, maka silakan dia memotong cahaya (baginya di hari kiamat)”; tak menunjukkan bolehnya mencabut uban, namun bermakna ancaman.

Rambut uban mana yang dilarang dicabut?
Larangan mencabut uban ini termasuklah uban yang berada di misai, janggut, kening dan kepala (Al Jami’ Li Ahkami Ash Shalat, Muhammad ‘Abdul Lathif ‘Uwaidah, 1/218, Asy Syamilah)

Hukum mencabut uban adakah haram atau makruh?
Para ulama Malikiyah, Syafi’iyah, dan Hanabilah berpendapat mencabut uban adalah makruh.

Abu Dzakaria Yahya bin Syarf An Nawawi rahimahullah berkata, “Mencabut ubat dimakruhkan berdasarkan hadits dari ‘Amr bin Syu’aib dari ayahnya dari datuknya. … Para ulama Syafi’iyah menyatakan bahwa mencabut uban adalah makruh. Hal ini juga ditegaskan oleh Al Ghozali sebagaimana penjelasan yang sebelum ini. Al Baghowi dan lain-lain menyatakan bahawa jika nak dikatakan ‘haram’ karana adanya larangan tegas berkenaan dengan hal ini, maka adalah betul dan tidak mustahil. Tak ada bezanya antara mencabut uban yang ada di janggut atau pun kepala (iaitu keduanya dilarang). (Al Majmu’ Syarh Al Muhadzdzab, 1/292-293, Mawqi’ Ya’sub)

Tetapi jika uban tersebut terdapat di janggut atau pada rambut yang tumbuh di wajah, maka hukumnya jelas haram karena perbuatan tersebut termasuk an namsh yang dilaknat.

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لعن الله الربا و آكله و موكله و كاتبه و شاهده و هم يعلمون و الواصلة و المستوصلة و الواشمة و المستوشمة و النامصة و المتنمصة
Allah melaknat riba, pemakan riba , orang yang menyerahkannya (nasabah), orang yang mencatatnya dan yang menjadi saksi dalam keadaan mereka mengetahui (bahwa itu riba). Allah juga melaknat orang yang menyambung rambut dan yang meminta disambungkan rambut, orang yang membuat tato dan yang meminta ditatokan, begitu juga  orang yang mencabut rambut pada wajah dan yang meminta dicabut.

(Diriwayatkan dalam Musnad Ar Robi’ bin Habib. Syaikh Al Albani dalam Al Jami’ Ash Shagir mengatakan bahwa hadits ini shahih)

Syaikh Muhammad bin Saleh Al Utsaimin rahimahullah menyatakan, “Adapun mencabut uban dari janggut atau uban dari rambut yang tumbuh di wajah, maka perbuatan seperti ini diharamkan karena termasuk an namsh. An namsh adalah mencabut rambut yang tumbuh di wajah dan janggut.  

Terdapat juga hadits yang menjelaskan bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat orang yang melakukan an namsh.”

(Majmu’ Fatawa wa Rosa’il Ibnu ‘Utsaimin, 11/80, Asy Syamilah)

Maka dari penerangan di atas, hukum mencabut uban boleh dikatakan haram karena terdapat dalil tegas mengenai hal ini. Walau bagaimanapun, cerdik pandai alim ulama menyatakan hukumnya adalah makruh.  Sebagai seorang muslim yang nak mengikut sunnah Nabi sallallahu ‘alaihi wa sallam dan supaya tidak kehilangan cahaya di hari kiamat nanti, seharusnya seorang muslim membiarkan ubannya (tidak perlu dicabut). Dengan ini dia akan mendapat tiga keutamaan: [1] Allah akan mencatatnya kebaikan, [2]  dan menghapuskan kesalahan serta [3] akan meninggikan derajat seorang muslim karena uban yang dia jaga di dunia. 

Tetapi jika uban tersebut berada pada janggut atau rambut yang tumbuh di wajah, maka ini jelas haramnya. 

Tetapi jika seseorang itu sebagai tentera atau pemimpin Negara, dan dikhuatiri dengan adanya uban dapat mengurangkan confident diri orang lain teradapnya atau menjadikan musuh berasa lebih confident kerana memikirkan dirinya telah berumur atau tua, maka haruslah die mewarnakan rambutnya kepada warna hitam.

Wallahu a’lam.

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...